
Tazkiyatun
nafsi atau penyucian jiwa merupakan sebuah konsep fundamental dalam Islam
yang sering kali terabaikan. Apalagi di tengah kehidupan modern yang semakin carut-marut.
Mulai daari kerusakan moral, mental, intelektual, sosial dan spiritual. Pada
hakikatnya, tazkiyatun nafsi bukan sekadar amalan pelengkap dan
pendukung saja, melainkan sebagai fondasi utama risalah Nabi Muhammad SAW dalam
menegakkan misi islahul ummah (perbaikan umat), mengubah individu dari
kegelapan jahiliyah menuju cahaya iman dan ketakwaan.
Selain itu, tazkiyatun
nafsi juga menjadi landasan risalah kenabian dalam membangun peradaban ummat.
Alquran dan sunah Rasulullah SAW telah menegaskan bahwa tugas utama para nabi
termasuk Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak dan membersihkan
jiwa manusia dari segal jenis noda dan dosa serta penyakit yang dapat mencelakaan.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Jumu'ah ayat 2:
"Dialah
yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Kitab dan hikmah (sunah), dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata."
Ayat ini
secara gamblang menyebutkan setidaknya tiga risalah utama Rasulullah SAW secara
runut yaitu: membacakan ayat-ayat-Nya, menyucikan mereka (tazkiyatun nafsi),
dan mengajarkan kitab serta hikmah. Urutan ini menunjukkan prioritas yang tak
terbantahkan. Sebelum seorang individu mampu memahami ajaran Alquran dan
mengamalkan hikmah, jiwanya harus terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran
syirik, hawa nafsu, dan penyakit hati lainnya. Ibarat seseorang yang ingin
menanam bibit tumbuhan, tentu akan memastikan lahan yang akan digarap apakah
subur atau tidak. Begitupun tatkala menanamkan nilai iman ke dalam hati
manusia, tentu bisa dimulai dari mensucikan jiwa.
Di tengah
gempuran fitnah dan godaan zaman, tazkiyatun nafsi menjadi benteng yang
kokoh. Tanpa jiwa yang bersih, ilmu yang didapat tidak akan membawa manfaat,
ibadah terasa hampa, dan akhlak tidak bisa terbentuk dengan sempurna.
Tazkiyatun nafsi menjadi pondasi yang memungkinkan setiap ajaran agama meresap
ke dalam sanubari, bukan sekadar teori di pikiran.
Rasulullah SAW
memahami betul bahwa perubahan masyarakat tidaklah langsung dimulai dari pembangunan
hukum dan tatanan sosial, insfrastruktur, dan lain sebagainya. Justru beliau fokus
pada setiap individu dalam pembangunan akhlak dan mentalitas serta spiritual para
sahabat. Beliau memulai dakwahnya dengan memperkenalkan tauhid, mengajak mereka
merenungi kebesaran Allah, dan membersihkan hati dari segala bentuk penyembahan
selain-Nya.
Oleh karena
ini, kita sebagai muslim dapat memulai amal penyucian jiwa ini melalui beberapa
cara di antaranya adalah dengan mengenal kembali Allah dan tujuan hidup manusia
di dunia. Seperti memaknai lebih dalam kalimat syahadat, serta amal ibadah bersifat
wajib seperti sholat, puasa, zakat, dan lain-lain. Hal ini dapat memberikan
sebuah pandangan hidup Islam yang lebih mendalam, serta memahami hakikat
manusia sebagai makhluk di bawah kuasa sang Al Khaliq.
Atau juga bisa
dengan mulai memperbanyak dzikir yang mampu mengobati penyakit-penyakit dalam
hati seperti iri, dengki, serakah, sombong, kikir, egois, cinta dunia dan lain
sebagainya. Dengan mengintrospeksi diri (muhasabah), seseorang dapat
membantu mengobati jiwanya agar lebih tenang dan terjaga dari setiap potensi
keburukan. Termasuk menjauhi lingkungan negatif dan mulai membuat kebiasaan
baru yang lebih positif.
Wallahu a’lam
bish showab
Bagikan :
Komentar
-
Tidak ada komentar